Dieldul's Adventure Journal
Chapter III
Pertarungan Pertama Diel
Pertarungan Pertama Diel
“Ah, itu dia, Laboratorium Sandgem, “ gumamku sambil membawa
skuter. “Walaupun telat ya sudahlah. Mungkin ada hal lain yang bisa kudapat”.
Aku meletakkan skuterku di depan podium Laboratorium Sandgem dan memasuki
laboratorium dengan muka yang sudah sedikit waras.
“Permisi, selamat pagi,”
.......
“ADEK!! AWAS!! MERUNDUK!!!!!!”
“Wah??!!!”
SWOSSSH!!!
“A...apa itu?!!!” teriakku sambil melihat bayangan yang
melintas diatasku saat aku merunduk (itu sangat beruntung!!).
“I..itu Staraptor yang lepas dari kandang dan mengamuk,” jawab seorang peneliti yang berkeringat banyak.
“I..itu Staraptor yang lepas dari kandang dan mengamuk,” jawab seorang peneliti yang berkeringat banyak.
Aku melihat kesamping
Cih, anak laki-laki dan perempuan itu hanya saling
menyalahkan satu sama lain sedangkan anak laki-laki gendut..... syok dan
guling-gulingan di lantai -.-“’
“Tu..tunggu dulu! Kenapa hanya bapak saja yang bertugas!
Seharusnya untuk menyambut trainer baru ada beberapa asisten profesor lain
disini! Tapi....
DIMANA PROFESSOR ROWAN??!!!!!”
DIMANA PROFESSOR ROWAN??!!!!!”
“Beg..begini!!!” kata sang
asisten berkacamata terbata-bata, “aku kalah main hompimpah dan disuruh
menjaga laboratorium sampai Professor
Rowan kembali dan membimbing trainer baru. Tap..tapi mereka malah masuk
tiba-tiba dan tidak menghiraukan kata-kataku untuk menunggu Professor Rowan
datang dan dan dan dan.....”
“Ehm, biar kulanjutkan perkataanmu, Pak. Si anak perempuan
berambut merah dan si laki-laki bertopi piplup langsung mengambil Pokemon
starter dan langsung bertarung. Si anak gendut hanya bengong karena dia baru
masuk 2 menit kemudian. Ternyata anak perempuan dan laki-laki bertopi dengan
Chimchar dan Piplup mereka menghancurkan laboratorium dan......” aku memutus
kalimatku sebentar, “kandang Staraptor”.
“Uuuhh... yur have
future sight ability~~~” kata si asisten menggila.
“.....................................” aku terdiam.
“Oke, pokoknya hal pertama yang harus kita lakukan adalah
menghentikan......” lalu aku melirik ke tengah jalan di depan lab. “Demi
Arceus! Sedang apa Shinx itu disini??!!!”
Shinx dengan muka polos itu tersenyum kepadaku tapi langsung
menghilang ketika melihat Staraptor yang bersiap menghantamnya dengan brave
bird.
“Shi......
“Awas....”
SHINX!!!!”
BRET!!!
Shinx membuka matanya
dan melihat bahwa ia dipeluk sesorang yang menyelamatkannya dari serangan
mematikan sang Pokemon Predator, Dieldul.....
“UGH!!!” BRAK!SRAAAAT....
Aku berhasil menyelamatkan Shinx dengan cara mengorbankan
kakiku sendiri. Arch! Kakiku terkena cakar tajam si Staraptor itu! Kami
mendarat di tanah beberapa inchi dari tempat awal Shinx.
“U..untung saja kita selamat Shinx!” kataku sambil bangun.
Aku melihat wajah Shinx yang terkesan serta setengah kaget. Okay, aku yakin dia
super duper kaget melihat keadaan wajahku yang terseret tanah.
“Shinx! Ayo kita kabur saja! Aku sudah membawa skuter yang
model lama sih tapi........”kalimatku terpotong saat melihat skuterku.
“KENAPA CUMAN PEGANGANNYA?!!?!?!?!?!?!?!”
“Shinx!” Shinx itu turun dari pelukanku dan menunjuk
Staraptor yang mulai terbang menggila di atas langit.
“Ka..kau mau melawannya?”tanyaku tidak yakin. Shinxitu
mengangguk penuh keyakinan. “ya, aku
harus percaya kepada kemampuan Pokemonku!”
“Baiklah! Oke Shinx aku hanya ingin memberi tahu bahwa aku
masih awam dihadapan Pokemon jadi aku akan mengira-ngira saja dalam memberi
perintah.” Jelasku. Shinx mengangguk lagi dan semakin bersemangat, gelang
kuning di kaki kanannya langsung bersinar terang, tanda bahwa ia berada dalam
keadaan terancam. Hmm..., aneh bukannya seharusnya ada 2 gelang?
Sang Staraptor menggunakan Defog dan membuat angin yang
sangat kencang.
“Shinx, gunakan Charge sambil berlari!!!” perintahku.
“Shinxxxzaa!!!” Tubuh Shinx semakin bersinar dan berhasil
menembus angin kencang
“Sip! Dengan begini SP Defense dan Attack elemen listriknya
bertambah” gumamku. Asisten professor dan 3 anak itu ikut melihat pertarungan
pertamaku dari depan laboratorium. “Tapi
bila Staraptor itu terus terbangdi langit aku tak bisa menyerang dalam jarak
dekat......AHA!”
“Shinx, loncat ke pohon-pohon sambil menghindari serangan Staraptor!”
Saat aku memerintah itu, Staraptor mulai menggunakan Close
Combat. Dengan sigap, Shinx berhasil menghindar ke belakang pohon. Kami
menyaksikan saat Staraptor mengantam dan membuat bekas cakaran besar di batang
pohon yang malang itu.Tapi ada kesempatan! Staraptor terjepit di batang pohon
yanglumayan besar!
“Kesempatan! Shinx! Gunakan Spark!”
Shinx muncul dari balik pohon dan mengantam Staraptor dengan
keras di bagian sayap kiri. “IT’S SUPER EFFECTIVE!!!”
Tapi kesenangan langsung berakhir ketika Staraptor
melepaskan cakarnya dan bersiap menerkam Shinx dengan tatapan seakan-akan kalau
Shinx adalah mangsa dan aku yakin bisa-bisa saja bukan pingsan lagi tapi.....
berujung ke hal yang lebih buruk.
“Staraaaa......”
“Piplup, Bubblebeam!!”
Pletar-pletarpletar!!
“STAAARAPTOR!!” perhatian Staraptor langsung beralih keasal
Bubblebeam, begitu juga denganku.
“Tak ada yang bisa bertarung tanpa Piragie Sando!!” teriak
sang anak laki-laki bertopi yang ternyata bernama Sando. “Bubblebeam lagi!”
“Tanpa air tiada rumput! Umm.... kurang benar ya? aku si... Tu..Turkasora Shiro!” teriak anak laki-laki gendut gugup itu dan memeritahkan Turtwignya untuk menyerang Staraptor dengan Razor Leaf.
“Tapi ingat dulu si Pohon Musim Gugur, Amber Hertera Autumn! Chimcar langkah terakhir, Ember!” perintah anak perempuan bernama Amber kepada Chimcharnya.
“Tanpa air tiada rumput! Umm.... kurang benar ya? aku si... Tu..Turkasora Shiro!” teriak anak laki-laki gendut gugup itu dan memeritahkan Turtwignya untuk menyerang Staraptor dengan Razor Leaf.
“Tapi ingat dulu si Pohon Musim Gugur, Amber Hertera Autumn! Chimcar langkah terakhir, Ember!” perintah anak perempuan bernama Amber kepada Chimcharnya.
Ketiga serangan itu beradu dan berhasil menyerang Staraptor
hingga ia terdorong kebelakang, membuat posisinya sekarang berada di tempat
yang lebih tinggi.
“Shinx! Loncat ke pohon! Lagi...lagi....lagi.....,” aku
menunggu sampai Shinx berada di posisi tepat sampai...., “Shinx, Bite!!”.
Shinx langsung meloncat dari pepohon dan menggigit sayap Staraptor
yang mulai kelelahan.
“Hei, orang aneh, mengapa gunakan Bite? Langsung saja Spark
kali!” saran atau entah ejekankepadaku dari Sando.
“Disini bukan yang menyerang bla-blakan yang menang.....
“Disini bukan yang menyerang bla-blakan yang menang.....
Shinx, sambil menggigit salurkan Charge ke Staraptor!!”
Dalam hitungan per detik setelah perintahku, Shinx langsung memancarkan sinar kuning dan menyalurkannya ke Staraptor. Staraptor mulai mengepakkan
sayapnya berusaha melepaskan Shinx hingga akhirnya....
“Sta...rap....TOOOR!!!!!”Staraptor mulai menggila dan
mengepakkan sayapnya dengan kuat hingga Shinx terlepas dan jatuh dari
ketinggian!
“Shinx!!!Aku akan menangkap......HYAH!!”
THUMP!
Aku berhasil menangkap Shinx yang sudah kelelahan dan penuh
luka di badannya, “kerja bagus kawan.”
“Ugh! Staraptor itu masih terbang saja!” kata asisten
professor geram.
“Eh rasanya ada yang janggal....” Turka menajamkan pandangannya
kearah Staraptor yang mulai terbang dengan lunglai, “Ya ampun! Turtwig, gunakan
Razor Leaf ke sayap kanan bagian atas!”
Sekitar 6 lembar daun dilucurkan dari Turtwig dan mengenai
Staraptor di tempat yang ditunjukkan Turka.
“STARAAAAAA...”dan Staraptor itu langsung jatuh ke hutan.
Kami semua terdiam
“Oh iya!Aku baru ingat! Staraptor itu memang sengaja kami
rawat karena punya cedera sayap.Sekarang sih sudah membaik tapi masih
membuatnya fainted kalau bagian kecil itu tersentuh tangan karena itu kami
perban dengan tebal hingga tidak terasa sakit olehnya. Mungkin karena
pertarungan ini, perbannya mulai terbuka sehingga menyebakan OHKO!” jelas
asisten professor.
......
......
......
“CIII-AAAARGE!!!!!”
Dan kami langsung mengkeroyok asisten itu
End of Chapter III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar