Minggu, 13 Mei 2012

Dieldul's Adventure Journal Chap III - Pertarungan Pertama Diel


Dieldul's Adventure Journal 
Chapter III
Pertarungan Pertama Diel

 

“Ah, itu dia, Laboratorium Sandgem, “ gumamku sambil membawa skuter. “Walaupun telat ya sudahlah. Mungkin ada hal lain yang bisa kudapat”. Aku meletakkan skuterku di depan podium Laboratorium Sandgem dan memasuki laboratorium dengan muka yang sudah sedikit waras.

“Permisi, selamat pagi,”

.......

“ADEK!! AWAS!! MERUNDUK!!!!!!”
“Wah??!!!” 

SWOSSSH!!!

“A...apa itu?!!!” teriakku sambil melihat bayangan yang melintas diatasku saat aku merunduk (itu sangat beruntung!!).
“I..itu Staraptor yang lepas dari kandang dan mengamuk,” jawab seorang peneliti yang berkeringat banyak.

Aku melihat kesamping

Cih, anak laki-laki dan perempuan itu hanya saling menyalahkan satu sama lain sedangkan anak laki-laki gendut..... syok dan guling-gulingan di lantai -.-“’

“Tu..tunggu dulu! Kenapa hanya bapak saja yang bertugas! Seharusnya untuk menyambut trainer baru ada beberapa asisten profesor lain disini! Tapi....
DIMANA PROFESSOR ROWAN??!!!!!”
“Beg..begini!!!” kata sang  asisten berkacamata terbata-bata, “aku kalah main hompimpah dan disuruh menjaga laboratorium  sampai Professor Rowan kembali dan membimbing trainer baru. Tap..tapi mereka malah masuk tiba-tiba dan tidak menghiraukan kata-kataku untuk menunggu Professor Rowan datang dan dan dan dan.....”
“Ehm, biar kulanjutkan perkataanmu, Pak. Si anak perempuan berambut merah dan si laki-laki bertopi piplup langsung mengambil Pokemon starter dan langsung bertarung. Si anak gendut hanya bengong karena dia baru masuk 2 menit kemudian. Ternyata anak perempuan dan laki-laki bertopi dengan Chimchar dan Piplup mereka menghancurkan laboratorium dan......” aku memutus kalimatku sebentar, “kandang Staraptor”.
 “Uuuhh... yur have future sight ability~~~” kata si asisten menggila.
“.....................................” aku terdiam.

“Oke, pokoknya hal pertama yang harus kita lakukan adalah menghentikan......” lalu aku melirik ke tengah jalan di depan lab. “Demi Arceus! Sedang apa Shinx itu disini??!!!”

Shinx dengan muka polos itu tersenyum kepadaku tapi langsung menghilang ketika melihat Staraptor yang bersiap menghantamnya dengan brave bird.

“Shi......
“Awas....”
SHINX!!!!”
BRET!!!
Shinx membuka matanya dan melihat bahwa ia dipeluk sesorang yang menyelamatkannya dari serangan mematikan sang Pokemon Predator, Dieldul.....

“UGH!!!” BRAK!SRAAAAT....

Aku berhasil menyelamatkan Shinx dengan cara mengorbankan kakiku sendiri. Arch! Kakiku terkena cakar tajam si Staraptor itu! Kami mendarat di tanah beberapa inchi dari tempat awal Shinx.

“U..untung saja kita selamat Shinx!” kataku sambil bangun. Aku melihat wajah Shinx yang terkesan serta setengah kaget. Okay, aku yakin dia super duper kaget melihat keadaan wajahku yang terseret tanah.

“Shinx! Ayo kita kabur saja! Aku sudah membawa skuter yang model lama sih tapi........”kalimatku terpotong saat melihat skuterku.
“KENAPA CUMAN PEGANGANNYA?!!?!?!?!?!?!?!”


“Shinx!” Shinx itu turun dari pelukanku dan menunjuk Staraptor yang mulai terbang menggila di atas langit.
“Ka..kau mau melawannya?”tanyaku tidak yakin. Shinxitu mengangguk penuh keyakinan. “ya, aku harus percaya kepada kemampuan Pokemonku!”

“Baiklah! Oke Shinx aku hanya ingin memberi tahu bahwa aku masih awam dihadapan Pokemon jadi aku akan mengira-ngira saja dalam memberi perintah.” Jelasku. Shinx mengangguk lagi dan semakin bersemangat, gelang kuning di kaki kanannya langsung bersinar terang, tanda bahwa ia berada dalam keadaan terancam. Hmm..., aneh bukannya seharusnya ada 2 gelang?

Sang Staraptor menggunakan Defog dan membuat angin yang sangat kencang.

“Shinx, gunakan Charge sambil berlari!!!” perintahku.
“Shinxxxzaa!!!” Tubuh Shinx semakin bersinar dan berhasil menembus angin kencang
“Sip! Dengan begini SP Defense dan Attack elemen listriknya bertambah” gumamku. Asisten professor dan 3 anak itu ikut melihat pertarungan pertamaku dari depan laboratorium. “Tapi bila Staraptor itu terus terbangdi langit aku tak bisa menyerang dalam jarak dekat......AHA!”

“Shinx, loncat ke pohon-pohon sambil menghindari serangan Staraptor!”
Saat aku memerintah itu, Staraptor mulai menggunakan Close Combat. Dengan sigap, Shinx berhasil menghindar ke belakang pohon. Kami menyaksikan saat Staraptor mengantam dan membuat bekas cakaran besar di batang pohon yang malang itu.Tapi ada kesempatan! Staraptor terjepit di batang pohon yanglumayan besar!

“Kesempatan! Shinx! Gunakan Spark!”
Shinx muncul dari balik pohon dan mengantam Staraptor dengan keras di bagian sayap kiri. “IT’S SUPER EFFECTIVE!!!”

Tapi kesenangan langsung berakhir ketika Staraptor melepaskan cakarnya dan bersiap menerkam Shinx dengan tatapan seakan-akan kalau Shinx adalah mangsa dan aku yakin bisa-bisa saja bukan pingsan lagi tapi..... berujung ke hal yang lebih buruk.

“Staraaaa......”
“Piplup, Bubblebeam!!”
Pletar-pletarpletar!!

“STAAARAPTOR!!” perhatian Staraptor langsung beralih keasal Bubblebeam, begitu juga denganku.
“Tak ada yang bisa bertarung tanpa Piragie Sando!!” teriak sang anak laki-laki bertopi yang ternyata bernama Sando. “Bubblebeam lagi!”
“Tanpa air tiada rumput! Umm.... kurang benar ya? aku si... Tu..Turkasora Shiro!” teriak anak laki-laki gendut gugup itu dan memeritahkan Turtwignya untuk menyerang Staraptor dengan Razor Leaf.
“Tapi ingat dulu si Pohon Musim Gugur, Amber Hertera Autumn! Chimcar langkah terakhir, Ember!” perintah anak perempuan bernama Amber kepada Chimcharnya.

Ketiga serangan itu beradu dan berhasil menyerang Staraptor hingga ia terdorong kebelakang, membuat posisinya sekarang berada di tempat yang lebih tinggi.

“Shinx! Loncat ke pohon! Lagi...lagi....lagi.....,” aku menunggu sampai Shinx berada di posisi tepat sampai...., “Shinx, Bite!!”.

Shinx langsung meloncat dari pepohon dan menggigit sayap Staraptor yang mulai kelelahan.

“Hei, orang aneh, mengapa gunakan Bite? Langsung saja Spark kali!” saran atau entah ejekankepadaku dari Sando.
“Disini bukan yang menyerang bla-blakan yang menang.....

Shinx, sambil menggigit salurkan Charge ke Staraptor!!”

Dalam hitungan per detik setelah perintahku, Shinx langsung memancarkan sinar kuning dan menyalurkannya ke Staraptor. Staraptor mulai mengepakkan sayapnya berusaha melepaskan Shinx hingga akhirnya....

“Sta...rap....TOOOR!!!!!”Staraptor mulai menggila dan mengepakkan sayapnya dengan kuat hingga Shinx terlepas dan jatuh dari ketinggian!

“Shinx!!!Aku akan menangkap......HYAH!!”

THUMP!

Aku berhasil menangkap Shinx yang sudah kelelahan dan penuh luka di badannya, “kerja bagus kawan.”

“Ugh! Staraptor itu masih terbang saja!” kata asisten professor geram.
“Eh rasanya ada yang janggal....” Turka menajamkan pandangannya kearah Staraptor yang mulai terbang dengan lunglai, “Ya ampun! Turtwig, gunakan Razor Leaf ke sayap kanan bagian atas!”
Sekitar 6 lembar daun dilucurkan dari Turtwig dan mengenai Staraptor di tempat yang ditunjukkan Turka.

“STARAAAAAA...”dan Staraptor itu langsung jatuh ke hutan.

Kami semua terdiam

“Oh iya!Aku baru ingat! Staraptor itu memang sengaja kami rawat karena punya cedera sayap.Sekarang sih sudah membaik tapi masih membuatnya fainted kalau bagian kecil itu tersentuh tangan karena itu kami perban dengan tebal hingga tidak terasa sakit olehnya. Mungkin karena pertarungan ini, perbannya mulai terbuka sehingga menyebakan OHKO!” jelas asisten professor.

......
......
......
“CIII-AAAARGE!!!!!”

Dan kami langsung mengkeroyok asisten itu

End of Chapter III

Tidak ada komentar:

Posting Komentar